Rabu, 04 November 2015

Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku serta agama), Bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. PAUD juga merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsang pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselelnggarakan pada jalur formal, non formal dan informal.

Pendidikan anak berkebutuhan khusus menganut prinsip-prinsip pedagogi yang sehat yang dapat menguntungkan semua anak. Berbagai kondisi anak dengan segala perbedaanya adalah normal oleh karenanya pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, bukannya naka yang harus menyesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses belajar. Pembelajaran yang berpusat pada anak akan lebih efektif dan menguntungkan bagi semua pihak, khususnya bagi anak secara keseluruhan. Karena karateristik dan hambatan yang dimiliki ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensinya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan fisik dan mental yang disebut dengan istilah anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus (ABK). ABK pada awalnya dikenal dengan istilahanak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Tetapi yang sebenernya ABK merupakan anak yang mengalami gangguan dalam bidang intelegensi, fisik, sensori, emosi, atau perilaku mempunyai gagguan belajar atau mempunyai bakat khusus.

ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau yang dalam bahasa Indonesia  ADHD berarti gangguan pemusatan pehatian disertai hiperaktif. Sebelumnya ada istilah lain yaitu ADD (Attention Deficit Disorder) atau ada yang menulis dengan ADD/H. Maksud dari setiap penulisan istilah tersebut sebenarnya sama. Dalam bahasa Indonesia ditulis menjadi GPP/H (Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/tanpa Hiperaktif). Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak medukung rentang perhatian mereka.  Inatensi, impulsivitas, dan hiperaktif,  merupakan ciri utama anak ADHD. Dalam kenyataannya mereka lebih nampak sebagai anak yang hiperaktif, meskipun banyak pula yang ditemukan hanya mengalami kemunduran dalam pemusatan perhatian (Attention Deficit Disorders/ADD).  Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Biasanya anak ADHD selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara.  Hambatan yang dialami mengakibatkan anak sulit untuk mengendalikan diri, dan sulit menyesuaikan terhadap lingkungan sosialnya.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Anak yang hiperaktif cenderung tidak bisa diam dan suka mengganggu teman disekitarnya. Sifat anak yang seperti itu mengakibatkan orang merasa capai sendiri melihat tingkah polah anak hiperaktif. Apalagi, orang tua atau keluarga si anak yang setiap saat menyaksikan perilaku anak yang tidak dapat diam dan cenderung merusak ini. Terkadang sikap anak ini  membahayakan bagi dirinya sendiri maupun orang di dekatnya. Keadaan tersebut membuat sebagian orang tua melabeli anak tersebut dengan sebutan anak nakal. Namun, anak hiperaktif sebenarnya memiliki potensi yang tidak dimiliki orang lain. Hanya saja, kebanyakan orang tua  tidak mengetahui cara menangani dan memunculkan potensi dari anak hiperaktif tersebut. Pada dasarnya untuk mendidik anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa menjadi anak yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu karakteristik, penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak hiperaktif tersebut.

Anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD / hiperaktif) sangat  membutuhkan penanganan khusus untuk mengenyam pendidikan agar hak-haknya dapat terpenuhi. Proses pembelajaran untuk anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif) tidaklah semudah pada anak normal pada umumnya, dimana guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan mencari metode pengajaran yang sesuai. Apabila guru dapat mengajarkan dengan metode yang tepat maka pembelajaran akan berubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya prestasi anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif) pun dapat meningkat. Salah satu metode mengajar yang dapat digunakan agar materi yang disampaikan dapat mudah dipahami atau dimengerti oleh Anak hiperaktif adalah dengan bantuan media dalam pembelajaran. Penggunaan media belajar yang melibatkan keaktifan siswa akan lebih mempermudah proses belajar mengajar karena mampu membantu daya ingat siswa terhadap materi yang dipelajari. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif) adalah dengan penggunaan media visual.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Hiperaktif
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.

Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.

2.2              Ciri – ciri Anak Hiperaktif
Ciri-ciri anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) adalah :
1.      Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
2.      Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
3.      Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya. “Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
4.      Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
5.      Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
6.      Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak  hiperaktif yang lainnya diantaranya ialah sebagai berikut:
1.      Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.      Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.      Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
1.      Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
2.      Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
3.      Sering terlalu banyak bicara.
4.      Sering sulit menunggu giliran.
5.      Sering memotong atau menyela pembicaraan.
6.      Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).

2.3              Faktor Penyebab Anak Hiperaktif
1.             Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.

2.             Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

3.             Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.

4.             Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
a.       Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
b.      Kenali kelebihan dan bakat anak
c.       Membantu anak dalam bersosialisasi
d.      Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
e.       Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
f.       Menerima keterbatasan anak
g.      Membangkitkan rasa percaya diri anak Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya

Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

2.4              Masalah Anak Hiperaktif
1.      Masalah intelegensi
Anak hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa. Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul, kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.

Kadangkala mereka sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata, sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m" dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p" dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam membaca.

2.      Masalah biologis
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam, sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di sekitarnya, suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai, daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.

3.      Masalah emosi
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.

4.      Masalah moral
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen di toko, tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.

2.5              Terapi Untuk Anak Hiperaktif
Beberapa terapi untuk anak hiperaktif :
1.      Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2.      Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3.      Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4.       Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5.       Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6.       Terapi Bermain
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7.       Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8.       Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9.       Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10.   Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

Selain itu beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
·         Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
·         Kenali kelebihan dan bakat anak
·         Membantu anak dalam bersosialisasi
·         Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
·         Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
·         Menerima keterbatasan anak
·         Membangkitkan rasa percaya diri anak
·         Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
·         Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

2.6           Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
Selama proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga berlaku untuk anak hiperaktif yang selalu menggunakan indera mata.

Metode yang digunakan untuk anak Hiperaktif adalah metode yang memberikan gambaran konkrit tentang sesuatu, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi, dan pengertian tentang sesuatu tersebut.  Media visual sangat diperlukan karena disamping anak hiperaktif juga kehilangan konsentrasi dan biasanya juga diimbangi dengan ganggguan Bahasa dan apa yang tidak diketahui oleh anak Hiperaktif biasanya divisualkan lewat gambar-gambar dan dengan gambar-gambar yang berwarna anaka akan menjadi lebih tertarik untuk melihat dan memperhatikan apa yang disampaikan. Hampir semua pelajaran untuk membelajarkan anakHiperaktif menggunakan media visual (gambar), terutama dalam mengenalkan suatu beda atau benda lain dalam membimbing anak untuk melakukan sesuatu.Untuk itu penting dalam membelajarkan anak hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar-gambar), karena dengan  gambar-gambar itu anak akan lebih midah belajar memahami segala sesuatu.

Media  visual  (gambar)  itu  mencakup  gambar  benda,  gambar  warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Kegiatan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual gambar, meliputi:
1)      Identifikasi Benda
Materi yang diajarkan adalah menunjuk dan menyebutkan  gambar. Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dilakukan dengan identifikasi gambar, gambar  diletakkan  di  meja  di  depan  anak. Persiapkan  perhatian  dan  beri  perintah  “Tunjuk  …  (nama  benda gambar  tersebut)”.  Prompt  (bantuan/arahkan)  anak  untuk  menunjuk gambar  tersebut  dan  beri  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce  respons  yang benar saja. Selain Identifikasi gambar anak juga melabel gambar, duduk di kursi berhadapan dengan anak . persiapkan perhatian  dan  beri  sebuah  gambar.  Katakan  “Ini  apa?”  Prompt (bantuan/arahkan)  anak  untuk  melabel  (menyebutkan  nama  benda-benda)  gambar  tersebut  dan  beri  reinforce  (beri  hadiah/pujian) responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce respons yang benar saja.

2)      Mencocokkan (Matching)
Materi yang diajarkan adalah  mencocokkan gambar. Media  yang  digunakan  adalah  benda-benda  dan  gambar  yang  identik, kartu huruf, benda berwarna,   kartu angka, dan berbagai bentuk. Proses/Prosedur pembelajaran: letakkan  benda  (benda-benda)  pada meja  di  hadapan  anak. Beri  sebuah benda  yang  cocok/sesuai  dengan  salah  satu  benda  di  hadapan  anak    dan berikan  perintah  “Samakan”.  Prompt  (bantu)  anak  untuk  meletakkan benda yang diberikan di atas atau di depan benda yang cocok/sesuai, dan beri  reinforcer (hadiah/pujian).  Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

3)      Identifikasi warna
Materi  yang  diajarkan  adalah  mengidentifikasi  gambar-gambar  dan melabel (menyebutkan nama)  benda-benda dan gambar-gambar. Media yang digunakan adalah kertas warna dan benda-benda berwarna. Proses/Prosedur pembelajaran dengan identifikasi warna dengan cara meletakkan  bahan-bahan  berwarna  di  meja  di hadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk …  (nama warna)”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  menunjuk  warna  yang benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Kemudian juga dilanjutkan dengan melabel warna, persiapkan perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  benda  berwarna.  Katakan  “Warna apa  (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk melabel warna  yang dimaksud  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

4)      Identifikasi Bentuk
Materi yang diajarkan adalah identifikasi bentuk dan melabel bentuk. Media yang digunakan adalah  berbagai bentuk dan gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi bentuk, letakkan  sebuah  bentuk  (berbagai  bentuk)  pada meja  dihadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk … (nama bentuk)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang  benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan melabel bentuk, duduk dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Bentuk apa (ini)?”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  bentuk  yang  dimaksud dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  prompt  sepanjang  percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

5)      Identifikasi Huruf
Materi yang diajarkan adalah  identifikasi huruf dan melabel huruf. Media yang digunakan adalah kartu-kartu huruf. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi huruf, letakkan huruf (-huruf) pada meja dihadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk …  (nama huruf)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri  hadiah/pujian)  responsnya. Kurangi  sedikit demi  sedikit  prompt hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan berikan reinforce respons yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan melabel bentuk, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah bentuk. Katakan “Huruf apa  (ini)?”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  bentuk  yang  dimaksud dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian)  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

6)      Identifikasi Angka
Materi yang diajarkan adalah identifikasi angka dan melabel angka. Media yang akan digunakan adalah  kartu-kartu angka. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi angka, letakkan  angka  (-angka)  pada  meja  dihadapan anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk …  (nama  angka)”. Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk menunjuk  angka  yang  benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga  akhirnya  tanpa promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja. Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel angka, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak.  Persiapkan perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  angka.  Katakan  “Angka  (ber)  apa (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel  angka  yang dimaksud  dan  reinforce  responsnya.  Kurangi  sedikit  demi  sedikit prompt hingga  akhirnya  tanpa promt  sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.

7)      Identifikasi Kata Kerja
Materi  yang  diajarkan  adalah  identifikasi  kata  kerja, melabel  kata  kerja dan menirukan gambar. Media yang digunakan adalah foto/Gambar aktivitas orang. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi kata kerja, letakkan  gambar  aktivitas  orang  pada  meja dihadapan  anak.  Persiapkan  perhatian  dan  katakan  “Tunjuk  … (gambar  aktivitas  orang)”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk menunjuk  gambar  yang  benar  dan  reinforce  (beri  hadiah/pujian) responsnya.  Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce respons yang benar saja. Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel kata kerja, duduk  dikursi  berhadapan  dengan  anak. Persiapkan  perhatian  dan  perlihatkan  sebuah  gambar.  Katakan “Gambar  apa  (ini)?”.  Prompt  (bantu/arahkan)  anak  untuk  melabel gambar yang dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi  sedikit  demi  sedikit  prompt  hingga  akhirnya  tanpa  promt sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan  reinforce  respons  yang benar saja. Kemudian persiapkan perhatian  anak dan beri perintah  “Berdiri …  (perintahkan anak menirukan aktivitas dalam gambar). Prompt (bantu/arahkan) anak untuk  menirukan  aktivitas  seperti  dalam  gambar,  reinforce  (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt hingga akhirnya  tanpa  promt  sepanjang  percobaan  berikutnya  dan  berikan reinforce respons yang benar saja.
            Dari penjelasan di atas kegiatan pembelajaran anak hiperaktif diatas meliputi tujuh kegiatan, media  visual  (gambar)  yang digunakan berupa gambar  benda,  gambar  warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja. Semua yang digunakan berupa media visual. Untuk itu penggunaan media visual sangat penting dalam proses pembelajaran khususnya bagi anak hiperaktif untuk memudahkan para siswa dalam memperoleh ilmu sekaligus sebagai upaya untuk mengurangi kehiperaktifan mereka.









1 komentar: