BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku
serta agama), Bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. PAUD juga merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsang pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselelnggarakan pada jalur formal, non formal
dan informal.
Pendidikan
anak berkebutuhan khusus menganut prinsip-prinsip pedagogi yang sehat yang
dapat menguntungkan semua anak. Berbagai kondisi anak dengan segala perbedaanya
adalah normal oleh karenanya pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan
anak, bukannya naka yang harus menyesuaikan dengan kecepatan dan hakekat proses
belajar. Pembelajaran yang berpusat pada anak akan lebih efektif dan
menguntungkan bagi semua pihak, khususnya bagi anak secara keseluruhan. Karena
karateristik dan hambatan yang dimiliki ABK memerlukan bentuk pelayanan
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensinya.
Berdasarkan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak
untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk
anak-anak yang mempunyai kelainan fisik dan mental yang disebut dengan istilah
anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus (ABK). ABK pada awalnya dikenal
dengan istilahanak cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Tetapi yang
sebenernya ABK merupakan anak yang mengalami gangguan dalam bidang intelegensi,
fisik, sensori, emosi, atau perilaku mempunyai gagguan belajar atau mempunyai bakat
khusus.
ADHD
merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau
yang dalam bahasa Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan pehatian
disertai hiperaktif. Sebelumnya ada istilah lain yaitu ADD (Attention
Deficit Disorder) atau ada yang menulis dengan ADD/H. Maksud dari setiap
penulisan istilah tersebut sebenarnya sama. Dalam bahasa Indonesia ditulis
menjadi GPP/H (Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/tanpa
Hiperaktif). Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis
yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan tidak
medukung rentang perhatian mereka. Inatensi, impulsivitas, dan hiperaktif, merupakan
ciri utama anak ADHD. Dalam kenyataannya mereka lebih nampak sebagai anak yang
hiperaktif, meskipun banyak pula yang ditemukan hanya mengalami kemunduran
dalam pemusatan perhatian (Attention Deficit Disorders/ADD). Biasanya
anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Biasanya anak ADHD selalu
membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja
atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat
bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Hambatan yang
dialami mengakibatkan anak sulit untuk mengendalikan diri, dan sulit
menyesuaikan terhadap lingkungan sosialnya.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Anak
yang hiperaktif cenderung tidak bisa diam dan suka mengganggu teman
disekitarnya. Sifat anak yang seperti itu mengakibatkan orang merasa capai
sendiri melihat tingkah polah anak hiperaktif. Apalagi, orang tua atau keluarga
si anak yang setiap saat menyaksikan perilaku anak yang tidak dapat diam dan
cenderung merusak ini. Terkadang sikap anak ini membahayakan bagi dirinya
sendiri maupun orang di dekatnya. Keadaan tersebut membuat sebagian orang tua
melabeli anak tersebut dengan sebutan anak nakal.
Namun, anak
hiperaktif sebenarnya memiliki potensi yang tidak dimiliki orang lain. Hanya
saja, kebanyakan orang tua tidak mengetahui cara menangani dan
memunculkan potensi dari anak hiperaktif tersebut. Pada dasarnya untuk mendidik
anak hiperaktif membutuhkan cara khusus dan kesabaran agar bisa menjadi anak
yang diharapkan orang tua. Untuk itu, orang tua harus tahu karakteristik,
penyebab, problem-problem yang dihadapi, dan cara menangani anak hiperaktif
tersebut.
Anak-anak
dengan gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD / hiperaktif) sangat membutuhkan penanganan khusus untuk mengenyam pendidikan
agar hak-haknya dapat terpenuhi. Proses pembelajaran untuk anak-anak dengan
gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif) tidaklah semudah pada anak
normal pada umumnya, dimana guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
mencari metode pengajaran yang sesuai. Apabila guru dapat mengajarkan dengan
metode yang tepat maka pembelajaran akan berubah menjadi pelajaran yang
menyenangkan dan pada akhirnya prestasi anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan
perhatian (ADHD/hiperaktif) pun dapat meningkat. Salah satu metode mengajar
yang dapat digunakan agar materi yang disampaikan dapat mudah dipahami atau
dimengerti oleh Anak hiperaktif adalah dengan bantuan media dalam pembelajaran. Penggunaan
media belajar yang melibatkan keaktifan siswa akan lebih mempermudah proses
belajar mengajar karena mampu membantu daya ingat siswa terhadap materi yang
dipelajari. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk anak-anak dengan
gangguan konsentrasi dan perhatian (ADHD/hiperaktif) adalah dengan penggunaan
media visual.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Hiperaktif
Ditinjau secara psikologis,
hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan
disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan
kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita
menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan
temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau
bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena
persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan
alergi makanan.
Hiperaktif menunjukkan adanya suatu
pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan
sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif.
Anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut
sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru
sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang
sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang
lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
2.2
Ciri – ciri Anak Hiperaktif
Ciri-ciri anak dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) adalah :
1.
Menentang
Anak dengan gangguan
hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau
dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari,
coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan
dengan sikap cuek.
2.
Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif
atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya
dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan
menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi.
Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain,
kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu,
anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan
mudah rusak.
3.
Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan
hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan
selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya.
“Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang seringkali
membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
4.
Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa
tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan,
misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak
hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
5.
Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak
memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika
dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia
langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu,
anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas.
Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak
ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
6.
Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak
dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin
karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa
menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Ciri-ciri khusus anak hiperaktif yang lainnya diantaranya ialah
sebagai berikut:
1.
Sering
menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.
Sering
meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.
Sering
berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
selayaknya.
1.
Sering tidak
mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
2.
Selalu
bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak
pernah habis.
3.
Sering terlalu
banyak bicara.
4.
Sering sulit
menunggu giliran.
5.
Sering
memotong atau menyela pembicaraan.
6.
Jika diajak
bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap
lawan bicaranya).
2.3
Faktor Penyebab Anak Hiperaktif
1.
Faktor
neurologik
Insiden
hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan
masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal,
persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia
dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu
faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang
terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif.
Terjadinya
perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang
sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang
berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2.
Faktor toksik
Beberapa
zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak
hiperaktif.
3.
Faktor genetik
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
4.
Faktor
psikososial dan lingkungan
Pada anak
hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua
dengan anaknya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang
tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
a.
Orang tua
perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
b.
Kenali
kelebihan dan bakat anak
c.
Membantu anak
dalam bersosialisasi
d.
Menggunakan
teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
e.
Memberikan
ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya
f.
Menerima
keterbatasan anak
g.
Membangkitkan
rasa percaya diri anak Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru
memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping
itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan
orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila
suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang
pernah diberikan orang tua sebelumnya.
2.4
Masalah Anak Hiperaktif
1.
Masalah
intelegensi
Anak
hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang
penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit
menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa.
Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi
terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia
sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak
dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul,
kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk
menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering
tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana
kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit
diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.
Kadangkala
mereka sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri.
Ia juga mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui
kata-kata, sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya:
"m" dengan "w", "d" dianggap "b" atau
"p" dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami
kesulitan dalam membaca.
2.
Masalah
biologis
Mereka
suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam, sepertinya
sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat beristirahat,
meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di sekitarnya,
suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap
bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif
terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai,
daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah
terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil
berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan
banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya
gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau
menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.
3.
Masalah emosi
Anak
hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila berbaris
selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak, tidak
takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami kecelakaan.
Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga emosi sering
berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan ceria,
tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa yang
sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.
4.
Masalah moral
Karena
mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak memiliki
kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen di toko,
tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela
pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga kesan
orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.
2.5
Terapi Untuk Anak Hiperaktif
Beberapa
terapi untuk anak hiperaktif :
1.
Applied
Behavioral Analysis (ABA)
ABA
adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi
inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2.
Terapi Wicara
Hampir
semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang
non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang
bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya
untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara
dan berbahasa akan sangat menolong.
3.
Terapi Okupasi
Hampir
semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pensil dengan
cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan
kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting
untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4.
Terapi Fisik
Autisme
adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus
ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong
untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5.
Terapi Sosial
Kekurangan
yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan
interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang
terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul
dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6.
Terapi Bermain
Terapi
bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat
dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok.
Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan
bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan
atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan
ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
7.
Terapi Perilaku
Anak
autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan
perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8.
Terapi Perkembangan
Floortime,
Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai
terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA
yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9.
Terapi Visual
Individu
autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan PECS (Picture Exchange Communication
System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi.
10. Terapi
Biomedik
Terapi
biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN (Defeat
Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat
gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah
oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.
Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah,
urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga
otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan
dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
Selain
itu beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan
membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
·
Orang tua
perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
·
Kenali
kelebihan dan bakat anak
·
Membantu anak
dalam bersosialisasi
·
Menggunakan
teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
·
Memberikan
ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan
energinya
·
Menerima
keterbatasan anak
·
Membangkitkan
rasa percaya diri anak
·
Dan bekerja
sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
·
Disamping itu
anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang
tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu
saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah
diberikan orang tua sebelumnya.
2.6
Penggunaan
Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
Selama
proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai
mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal
yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses
belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar. Hal
ini juga berlaku untuk anak hiperaktif yang selalu menggunakan indera mata.
Metode
yang digunakan untuk anak Hiperaktif adalah metode yang memberikan gambaran
konkrit tentang sesuatu, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi, dan
pengertian tentang sesuatu tersebut.
Media visual sangat diperlukan karena disamping anak hiperaktif juga
kehilangan konsentrasi dan biasanya juga diimbangi dengan ganggguan Bahasa dan
apa yang tidak diketahui oleh anak Hiperaktif biasanya divisualkan lewat
gambar-gambar dan dengan gambar-gambar yang berwarna anaka akan menjadi lebih
tertarik untuk melihat dan memperhatikan apa yang disampaikan. Hampir semua
pelajaran untuk membelajarkan anakHiperaktif menggunakan media visual (gambar),
terutama dalam mengenalkan suatu beda atau benda lain dalam membimbing anak
untuk melakukan sesuatu.Untuk itu penting dalam membelajarkan anak hiperaktif
dengan menggunakan media visual (gambar-gambar), karena dengan gambar-gambar itu anak akan lebih midah
belajar memahami segala sesuatu.
Media visual
(gambar) itu mencakup
gambar benda, gambar
warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja.
Kegiatan pembelajaran anak hiperaktif dengan menggunakan media visual gambar,
meliputi:
1)
Identifikasi
Benda
Materi
yang diajarkan adalah menunjuk dan menyebutkan
gambar. Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu
gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dilakukan dengan identifikasi gambar,
gambar diletakkan di
meja di depan
anak. Persiapkan perhatian dan
beri perintah “Tunjuk
… (nama benda gambar
tersebut)”. Prompt (bantuan/arahkan) anak
untuk menunjuk gambar tersebut
dan beri reinforce
(beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa
promt sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce
respons yang benar saja. Selain
Identifikasi gambar anak juga melabel gambar, duduk di kursi berhadapan dengan
anak . persiapkan perhatian dan beri
sebuah gambar. Katakan
“Ini apa?” Prompt (bantuan/arahkan) anak
untuk melabel (menyebutkan
nama benda-benda) gambar
tersebut dan beri
reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons yang benar saja.
2)
Mencocokkan
(Matching)
Materi
yang diajarkan adalah mencocokkan
gambar. Media yang digunakan
adalah benda-benda dan
gambar yang identik, kartu huruf, benda berwarna, kartu angka, dan berbagai bentuk.
Proses/Prosedur pembelajaran: letakkan
benda (benda-benda) pada meja
di hadapan anak. Beri
sebuah benda yang cocok/sesuai
dengan salah satu
benda di hadapan
anak dan berikan perintah
“Samakan”. Prompt (bantu)
anak untuk meletakkan benda yang diberikan di atas atau
di depan benda yang cocok/sesuai, dan beri
reinforcer (hadiah/pujian).
Kurangi sedikit demi
sedikit prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang
benar saja.
3)
Identifikasi
warna
Materi yang
diajarkan adalah mengidentifikasi gambar-gambar
dan melabel (menyebutkan nama)
benda-benda dan gambar-gambar. Media yang digunakan adalah kertas warna
dan benda-benda berwarna. Proses/Prosedur pembelajaran dengan identifikasi
warna dengan cara meletakkan
bahan-bahan berwarna di
meja di hadapan anak.
Persiapkan perhatian dan
katakan “Tunjuk … (nama warna)”. Prompt
(bantu/arahkan) anak untuk
menunjuk warna yang benar
dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan
reinforce respons yang benar saja. Kemudian juga dilanjutkan dengan melabel
warna, persiapkan perhatian dan perlihatkan
sebuah benda berwarna.
Katakan “Warna apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel warna yang
dimaksud dan reinforce
(beri hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit
prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan
reinforce respons yang benar saja.
4)
Identifikasi
Bentuk
Materi
yang diajarkan adalah identifikasi bentuk dan melabel bentuk. Media yang
digunakan adalah berbagai bentuk dan
gambar. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi bentuk,
letakkan sebuah bentuk
(berbagai bentuk) pada meja
dihadapan anak. Persiapkan
perhatian dan katakan
“Tunjuk … (nama bentuk)”. Prompt (bantu/arahkan) anak untuk menunjuk
bentuk yang benar dan
reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya.
Kurangi sedikit demi sedikit
prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan
reinforce respons yang benar saja. Selain identifikasi bentuk proses
pembelajarannya dengan melabel bentuk, duduk dikursi berhadapan
dengan anak. Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah
bentuk. Katakan “Bentuk apa (ini)?”. Prompt
(bantu/arahkan) anak untuk
melabel bentuk yang
dimaksud dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa
prompt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce
respons yang benar saja.
5)
Identifikasi
Huruf
Materi
yang diajarkan adalah identifikasi huruf
dan melabel huruf. Media yang digunakan adalah kartu-kartu huruf.
Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi huruf, letakkan huruf
(-huruf) pada meja dihadapan anak. Persiapkan perhatian dan katakan “Tunjuk
… (nama huruf)”. Prompt (bantu/arahkan)
anak untuk menunjuk bentuk yang benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi
sedikit prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang
percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar
saja. Selain identifikasi bentuk proses pembelajarannya dengan melabel bentuk,
duduk dikursi berhadapan
dengan anak. Persiapkan perhatian dan perlihatkan sebuah
bentuk. Katakan “Huruf apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel bentuk
yang dimaksud dan reinforce (beri
hadiah/pujian) responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa
promt sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce
respons yang benar saja.
6)
Identifikasi
Angka
Materi
yang diajarkan adalah identifikasi angka dan melabel angka. Media yang akan
digunakan adalah kartu-kartu angka.
Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi angka, letakkan angka
(-angka) pada meja
dihadapan anak. Persiapkan perhatian
dan katakan “Tunjuk …
(nama angka)”. Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk menunjuk angka yang
benar dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt hingga akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar
saja. Proses pembelajaran selanjutnya dengan melabel angka, duduk dikursi
berhadapan dengan anak.
Persiapkan perhatian dan perlihatkan
sebuah angka. Katakan
“Angka (ber) apa (ini)?”.
Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel angka
yang dimaksud dan reinforce
responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt hingga akhirnya
tanpa promt sepanjang percobaan
berikutnya dan berikan reinforce respons yang benar saja.
7)
Identifikasi
Kata Kerja
Materi yang
diajarkan adalah identifikasi
kata kerja, melabel kata
kerja dan menirukan gambar. Media yang digunakan adalah foto/Gambar aktivitas
orang. Proses/Prosedur pembelajarannya dengan identifikasi kata kerja,
letakkan gambar aktivitas
orang pada meja dihadapan anak.
Persiapkan perhatian dan
katakan “Tunjuk … (gambar
aktivitas orang)”. Prompt
(bantu/arahkan) anak untuk menunjuk gambar
yang benar dan
reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi
sedikit demi sedikit
prompt hingga akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons yang benar saja. Proses
pembelajaran selanjutnya dengan melabel kata kerja, duduk dikursi
berhadapan dengan anak. Persiapkan perhatian
dan perlihatkan sebuah
gambar. Katakan “Gambar apa
(ini)?”. Prompt (bantu/arahkan) anak
untuk melabel gambar yang
dimaksud dan reinforce (beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit
demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa
promt sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce
respons yang benar saja. Kemudian
persiapkan perhatian anak dan beri
perintah “Berdiri … (perintahkan anak menirukan aktivitas dalam
gambar). Prompt (bantu/arahkan) anak untuk
menirukan aktivitas seperti
dalam gambar, reinforce
(beri hadiah/pujian) responsnya. Kurangi sedikit demi sedikit prompt
hingga akhirnya tanpa promt
sepanjang percobaan berikutnya
dan berikan reinforce respons
yang benar saja.
Dari penjelasan di atas kegiatan
pembelajaran anak hiperaktif diatas meliputi tujuh kegiatan, media visual
(gambar) yang digunakan berupa
gambar benda, gambar
warna, gambar bentuk, gambar huruf, gambar angka dan gambar kata kerja.
Semua yang digunakan berupa media visual. Untuk itu penggunaan media visual
sangat penting dalam proses pembelajaran khususnya bagi anak hiperaktif untuk
memudahkan para siswa dalam memperoleh ilmu sekaligus sebagai upaya untuk
mengurangi kehiperaktifan mereka.
sd158 bwjerseys.com vq913
BalasHapus